Dua bulan berlalu semenjak ayah mengajariku untuk bermain basket. Aku sungguh menikmatinya. Semenjak aku bisa untuk melemparkan bola sekuat yang aku mampu, aku merasa aku adalah pemain basket terkeren diseluruh dunia. Aku menyukainya Basket, hidupku. Mungkin agak terlalu berlebihan tapi kalau kau tau apa yang aku rasakan dan aku alami mungkin kau berubah pikiran..
Aku adalah anak pertama dan satu-satunya dikeluarga ini. Ayahku adalah seorang pengusaha, dan itu artinya ayahku sibuk dengan berbagai perusahaan juga usahanya. Semenjak kecil aku diperkenalkan dengan lingkungan seperti ini. Aku tak kaget lagi. Justru aku mengerti ayahku sibuk untuk aku juga. Begitu juga dengan ibuku, ia adalah pekerja sosial, ia memiliki panti asuhan dimana juga menyita perhatiannya. Tapi aku bangga dengan ibuku. Karna ia mampu mempunyai sifat yang begitu peduli dengan lingkungan sekitar. Tidak seperti ibu-ibu kaya lainnya, yang justru menghabiskan waktunya di club. :)
Namun seiring jalannya waktu aku bosan dengan kesendirian ku. Aku berusaha mengajak mereka ngobrol sayangnya mereka terlalu sibuk.
"Bu..."
"Ya Ragil? Kenapa sayang?"
"Aku ingin liburan bersama kalian minggu depan aku libur, dan aku mau berlibur bersama kalian"
"Ayah dan ibu sibuk sayang, tapi baiklah kita bicarakan malam ini dimeja makan oke?"
========================================================================
Permohonanku terkabul..
Aku dan keluarga pergi liburan ke Puncak. Disana ayahku memiliki 1 villa yang cukup besar yang selama ini hanya disewakan, dan sekarang kami yang memakainya...
Suatu siang...
"Ayah, ayo bermain basket!"
"Oh kamu menantang ayah ya jagoan kecil!"
"Ayo lawan aku yah kalo ayah masih jago!"
"Ayo siapa takut!"
Aku dan ayah berlari dan mengejar bola. Ayah dulu adalah pebasket terkenal diangkatannya. Dia sering mengikuti turnamen dan ayah sering memenangkan banyak turnamen bersama teamnya. Salah satu alasan lagi kenapa aku harus bangga dengan ayahku.
Aku dan ayah sangat bersemangat. Tertawa.. Dan saat - saat seperti ini sangat jarang sekali terjadi..
"Yah, aku pasti akan seperti ayah dulu, menjadi pebasket handal!", selaku saat kami beristirahat
"Ayah akan dukung kamu Ragil, hanya saja, perlu latihan khusus"
"Aku janji aku pasti berlatih, dan suatu saat aku akan mempersembahkan medali emasku untuk ayah"
Ayah tersenyum melihatku, dan mengusap kepalaku. Aku sayang ayah...
==============================================================
"Halo...", ibu menjawab lirih
"Ya, saya teman Ragil tante, saya mau bilang kalo Ragil jatuh waktu latihan basket, sekarang Ragil dibawa kerumah sakit.."
==============================================================
"Tante, tadi Ragil mencoba menangkap bola, hanya saja Ragil melompat hilang kontrol, lalu ia terjatuh, dan kata dokter kakinya patah. Saya belum tanya berikutnya hanya saja, dokter bilang ini parah, karna selain kakinya patah, ada kawat yang menusuk kakinya, dan membuat luka Ragil semakin parah", Dani menjelaskan pada ibuku
"Pak, kaki Ragil harus diamputasi, kawat yang menusuk kakinya adalah kawat berkarat, dan sangat berbahaya bagi nyawa Ragil..", dokter melanjutkan pembicaraan Dani
==============================================================
Sesaat setelah sadar ...
"Iya ayah..."
"Maafkan ayah tidak bisa menjaga kamu, tapi kamu harus tau satu hal nak..."
"..."
"Kakimu tak bisa dipertahankan, harus diamputasi.. Mungkin kau akan sedih tapi ini adalah jalan terbaik nak. Kami tak bisa membiarkanmu mati karna infeksi kawat itu"
"Ayah... Ibu.... Ragil berserah... Apa yang terbaik menurut ayah dan ibu lakukanlah, Ragil siap.."
Terkadang harapan yang indah tak selamanya berakhir indah... ReaQuotes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar